Belakangan ini istilah the Nuruls sedang trending di berbagai platform sosial media, termasuk TikTok dan X (Twitter).  Istilah ini menurut content creator Halda Rianta di podcast Debby Corbuzer dan Vidi Aldiano merujuk pada cewek berjilbab yang suka joget-joget. Menurut Halda, cewek-cewek yang nongkrong di Bajawa, tempat nongkrong yang meyediakan live music disebut the Nuruls. Mereka tidak minum alkohol, melainkan hanya memesan kopi dan akan pulang jam 10 malam. Intinya, mereka tahu bagaimana untuk bersenang-senang.

Namun, bila ditelusuri, ada  yang mengatakan, the Nuruls awalnya sebutan untuk cewek-cewek berjilbab yang mengenakan baju seadanya ketika tiba-tiba harus keluar rumah untuk pergi ke minimarket misalnya. Karena kepraktisan, mereka mengenakan jilbab instan dan melapisi baju rumah dengan kardigan atau hoody.

Namun, dari urusan busana ini, belakangan, the Nuruls berkembang, baik seperti yang disampaikan Halda maupun juga merujuk pada selera fashion dan lifestyle hijaber yang gemar pakai hoody atau cardigan, doyannya mie gacoan dan seblak juga wara-wiri naik motor scoopy. Istilah ini kemudian menjadi ledekan berlatar kelas sosial. Lebih-lebih lagi, kemudian dikaitkan dengan selera busana anak kabupaten, yang kalah keren dengan outfit anak kota yang dianggap keren. 

Dengan stereotipe itu, ada content creator yang mencoba menyanggah, bahwa berjibab tidak berarti menjadi the Nuruls. Namun, ending-nya video itu justru menjadi bahan bully-an karena si content creator tersebut menurut netizen justru penampilannya the Nuruls banget. Di sisi lain, banyak cara netizen berjilbab yang mengatakan, apa salahnya dengan lifestyle dan pilihan busana seperti itu? karena, setiap orang memiliki pilihan, asal itu membuatnya nyaman. Banyak video-video afirmasi yang diunggap cewek-cewek yang justru bangga menjadi the Nuruls.