Pernikahan Putri Mako (foto: berdiri, kanan) dari Kekaisaran Jepang dengan Kei Komuro, seorang pria biasa memang menyedot perhatian. Bukan karena Putri Mako harus melepas gelar bangsawannya, tetapi juga tudingan sebagai gold digger yang diarahkan pada Kei.

Putri Mako yang merupakan putri pertama Putra Mahkota Pangeran Akishino berpacaran dengan Kei sejak mereka kuliah. Dan sesuai aturan, ketika menikah dengan pria biasa, maka Putri harus melepaskan gelarnya dan menjadi warga biasa. Restu keluarga diperoleh, dan mereka berencana akan menikah tahun 2018.

Namun, ketika pada tahun 2017 mereka mengumumkan pertunangan, muncul berita tentang skandal keuangan yang melibatkan ibu Kei. Ibunda Kei meminjam uang pada mantan kekasihnya, dan sebagian uang itu digunakan untuk membiayai kuliah Kei. Hinaan dan protes tajam pun berdatangan sehingga membuat pernikahan itu ditunda. Putri Mako pun dikabarkan mengalami gangguan kesehatan mental yang disebut Post Traumatic Syndrome Disorder (PTSD). 

Masalahnya, Putra Mahkota Akishino pada Selasa (30/11) mengkritik media karena menyebarkan rumor tentang pemberitaan pertunangan anak perempuannya, mantan Putri Mako. Pernyataan itu muncul ketika Akishino menggelar konferensi pers untuk menandai ulang tahunnya yang ke-56 tahun.

Setelah tiga tahun tertunda, pada Oktober 2021 lalu Putri Mako dan Kei pun akhirnya menikah. Putri Mako pun meninggalkan Jepang dan tinggal di New York, tempat Kei bekerja. Mereka tinggal di sebuah apartemen.

Sebulan setelah pernikahan putrinya, pada ulang tahunnya ke-56, Pangeran Akishino angkat bicara dan mengkritik media. “Mengenai artikel di internet, banyak komentar dan beberapa di antaranya mengatakan hal-hal yang sangat buruk. Ada orang yang sangat terluka oleh fitnah ini,” ujar Akishino.

Pangeran Akishino juga menjelaskan, keputusan untuk menunda pernikahan waktu itu adalah haknya karena merasa skandal tentang utang keluarga Kei Komuro belum dijelaskan secara komprehensif.